A.
Definisi Karbohidrat
Karbohidrat
atau sakarida berasal dari bahasa Yunani,
saccharum yang berarti gula
merupakan senyawa organik yang memiliki
kuota paling besar di bumi ini. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi di dalam
tubuh manusia yaitu untuk pembakaran (misalnya glukosa) dan juga untuk
cadangan makanan (misalnya glikogen).
Bentuk
molekul karbohidrat
paling sederhana terdiri dari satu molekul
gula sederhana yang
disebut
monosakarida
misalnya, glukosa,
galaktosa, dan
fruktosa.
Banyak karbohidrat merupakan
polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai
menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
polisakarida,
misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan
oligosakarida (rangkaian
beberapa monosakarida).
1.
Fungsi
karbohidrat secara biologis
a.
berperan
dalam biosfer
Karbohidrat yang
dihasilkan melalui proses fotosintesis pada tumbuhan autotrof sangat berperan
penting dalam kehidupan di dunia ini. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan
autotrof ini akan
dikonsumsi oleh makhluk heterotrof untuk kemudian disintesis bersama
dengan materi organik lainnya yang kemudian akan menghasilkan berbagai manfaat
lainnya.
b.
menghasilkan
bahan bakar dan nutrisi
Karbohidrat
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Tubuh akan
menyerap glukosa (salah satu bentuk sederhana dari karbohidrat) yang merupakan nutrien
utama sel dan mengambil
tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada
proses
respirasi seluler untuk menjalankan
sel-sel tubuh. Untuk nutrisi manusia 1 gram
karbohidrat = energi 4 kal.
Kandungan karbohidrat dalam makanan orang Indonesia cukup tinggi,
mencapai 70-80% pada padi
atau serealia,
gula, dan umbi-umbian.
Namun demikian, daya
cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat bermacam-macam bergantung pada
sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%–98%.
Serat menurunkan daya
cerna karbohidrat menjadi 85%.
Manusia tidak dapat mencerna selulosa
sehingga serat selulosa yang dikonsumsi manusia hanya lewat melalui
saluran pencernaan dan keluar
bersama
feses.
Serat-serat selulosa mengikis dinding saluran pencernaan dan merangsangnya
mengeluarkan lendir yang membantu makanan melewati saluran pencernaan dengan
lancar sehingga selulosa disebut sebagai bagian penting dalam menu makanan yang
sehat. Contoh makanan yang sangat kaya akan serat selulosa ialah
buah-buahan segar,
sayur-sayuran,
dan
biji-bijian.
Selain sebagai
sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa
di dalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan
pembentuk struktur sel dengan mengikat protein dan lemak.
c.
sebagai
cadangan energi bagi mahkluk hidup
Beberapa jenis
polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang nantinya
akan di
hidrolisis untuk
menyediakan gula bagi sel ketika diperlukan.
Pati merupakan suatu
polisakarida simpanan pada tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau
butiran di dalam
organel plastid, termasuk
kloroplas.
Dengan mensintesis pati, tumbuhan dapat menimbun kelebihan glukosa
merupakan bahan bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan energi
cadangan.
Sementara itu, hewan
menyimpan polisakarida yang disebut
glikogen.
Manusia dan vertebrata lainnya menyimpan glikogen terutama dalam sel
hati dan
otot. Penguraian glikogen
pada sel-sel ini akan melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula meningkat. Namun
demikian, glikogen tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi hewan untuk
jangka waktu lama. Glikogen simpanan akan terkuras habis hanya dalam waktu
sehari kecuali kalau dipulihkan kembali dengan mengonsumsi makanan.
d.
sebagai materi pembangun
Organisme membangun
materi-materi kuat dari polisakarida struktural. Misalnya,
selulosa ialah
komponen utama
dinding sel tumbuhan. Selulosa bersifat seperti
serabut, liat, tidak larut di dalam air, dan ditemukan terutama pada tangkai,
batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan.
Kayu terutama terbuat
dari selulosa dan polisakarida lain, misalnya
hemiselulosa
dan
pektin.
Sementara itu,
kapas terbuat
hampir seluruhnya dari selulosa.
Polisakarida
struktural penting lainnya ialah
kitin, karbohidrat yang
menyusun kerangka luar (eksoskeleton)
arthropoda (
serangga,
laba-laba,
crustacea,
dan hewan-hewan lain sejenis). Kitin murni mirip seperti kulit, tetapi akan
mengeras ketika dilapisi
kalsium karbonat. Kitin
juga ditemukan pada dinding sel berbagai jenis
fungi.
Sementara itu,
dinding sel
bakteri terbuat
dari struktur gabungan karbohidrat polisakarida dengan
peptida,
disebut
peptidoglikan. Dinding sel ini membentuk suatu
kulit kaku dan berpori membungkus sel yang memberi perlindungan fisik
bagi
membran sel yang
lunak dan
sitoplasma di dalam sel.
Karbohidrat
struktural lainnya yang juga merupakan molekul gabungan karbohidrat dengan
molekul lain ialah
proteoglikan,
glikoprotein,
dan
glikolipid. Proteoglikan
maupun glikoprotein terdiri atas karbohidrat dan
protein,
namun proteoglikan terdiri terutama atas karbohidrat, sedangkan glikoprotein
terdiri terutama atas protein. Proteoglikan ditemukan misalnya pada perekat
antarsel pada jaringan,
tulang rawan, dan
cairan sinovial yang
melicinkan
sendi otot.
Sementara itu, glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan
lipid) banyak ditemukan
pada permukaan sel hewan. Karbohidrat pada glikoprotein umumnya berupa
oligosakarida dan dapat berfungsi sebagai penanda sel. Misalnya, empat
golongan
darah manusia pada sistem ABO (A, B, AB, dan O) mencerminkan
keragaman oligosakarida pada permukaan sel darah merah.
2.
Klasifikasi karbohidrat
a.
monosakarida
Monosakarida merupakan
karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas
beberapa
atom C
dan tidak dapat diuraikan dengan cara
hidrolisis menjadi
karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi
aldosa dan
ketosa. Contoh dari aldosa
yaitu
glukosa dan
galaktosa. Contoh ketosa
yaitu
fruktosa.
b.
disakarida
dan oligosakarida
Disakarida merupakan
karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui
gugus -OH dengan melepaskan molekul
air. Contoh dari
disakarida adalah
sukrosa,
laktosa, dan
maltosa.
Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya
bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut
disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Bila sukrosa
(sakarosa atau gula tebu) terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa
terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa.
c.
polisakarida
Polisakarida
merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya.
Rumus umum polisakarida yaitu C
6(H
10O
5)n.
Contoh polisakarida adalah
selulosa,
glikogen, dan
amilum.
B.
Diabetes
Melitus
Diabates
melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa dalam darah tinggi (melebihi
normal) karena insulin tidak dapat dihasilkan maupun tidak dapat berfungsi
secara sempurna. Menurut WHO, penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:,
1.
Diabetes
Melitus Tipe I (IDDM – Insulin
Dependent Diabetes Melitus)
DM Tipe I ini merupakan suatu keadaan dimana
kadar glukosa dalam darah tinggi akibat hilangnya sel β pada pulau langerhans
pada pancreas yang memproduksi insulin. Jadi, karena tubuh tidak dapat
memproduksi insulin maka orang yang terkena DM tipe ini sangat tergantung
dengan pemberian insulin.
IDDM
ini dapat menyerang anak-anak maupun
dewasa. Penyakit disebabkan terjadinya reaksi autoimun yang menyerang sel β
tersebut. Sampai saat ini, IDDM ini tidak dapat disembuhkan hanya dapat
distabilkan saja dengan pemberian insulin. Tingkat glukosa rata-rata untuk
pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6
mmol/l)
2.
Diabetes
Melitus Tipe II (NIDDM – NonInsulin
Dependent Diabetes Melitus)
DM
Tipe II ini bukan karena tidak diproduksinya insulin oleh pankreas tetapi
karena insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak bisa berfungsi secara
maksimal. Oleh karena itu pada DM tipe
ini pasien tidak tergantung terhadap insulin untuk menstabilkan kondisinya,
melainkan dengan cara pengobatan
kombinasi.
Pengobatan
NIDDM ini pertama dilakukan dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga),
diet (umumnya pengurangan asupan
karbohidrat),
dan lewat
pengurangan berat
badan. Hal ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin. Selanjutnya
juga dapat dilakukan pemberian kombinasi obat yang berfungsi meningkatkan
produksi insulin (misalnya
sulfonylureas) dan obat yang
berfungsi
menekan
sekresi glukosa dari hati (misalnya
metformin).
3.
Diabetes
Melitus Tipe III (GDM – Gestational
Diabetes Melitus)
DM
tipe III merupakan DM yang bersifat temporer atau sementara karena hanya
terjadi saat kehamilan dan akan hilang
setelah melahirkan. Walau bersifat
sementara, namun GDM sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan janin
serta hanya 20-50% saja yang melahirkan bayi normal dari wanita yang bertahan
dalam GDM.
Jika
tidak ditangani dengan baik maka GDM ini
akan membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Bayi yang dilahirkan dari wanita
dengan GDM biasanya akan lahir dengan berat yang melebihi normal, penyakit jantung
congenital, kelainan system syaraf pusat, dan kelainan otot rangka, serta
dapat menyebabkan kematian jika terjadi
kerusakan vaskuler akibat peningkatan insulin yang dapat menyebabkan perfusi
plasenta.
Obat
perangsang insulin sangat tidak disarankan untuk pasien GDM. Namun,
satu-satunya cara yang aman untuk penstabilan pada penderita GDM adalah dengan
perubahan gaya hidup pasien itu sendiri.
Faktor
yang dapat menyebabkan seseorang terkena diabetes adalah faktor keturunan,
kegemukan atau obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun, tekanan darah
tinggi, angka triglycerid (salah satu jenis molekul lemak) yang tinggi, level
kolesterol yang tinggi, gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi makanan
instan, merokok dan stress, terlalu banyak konsumsi karbohidrat, kerusakan pada
sel pankreas.
Gangguan
metabolisme karbohidrat ini menyebabkan tubuh kekurangan energi, itu sebabnya
penderita
diabetes
melitus umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar. Adapun gejala
umum yang dirasakan oleh penderita diabetes adalah :
1. Banyak
kencing terutama pada malam hari
2. Gampang
haus dan banyak minum
3. Mudah
lapar dan banyak makan
4. Mudah
lelah dan sering mengantuk
5. Penglihatan
kabur
6. Sering
pusing dan mual
7. Koordinasi
gerak anggota tubuh terganggu
8. Berat
badan menurun terus
9. Sering
kesemutan dan gatal - gatal pada tangan dan kaki
Gejala
tersebut merupakan efek dari pada kadar gula darah yang tinggi, yang akan
mempengaruhi ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk
mengencerkan glukosa sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah
yang banyak. Dari akibat ini penderita merasa haus yang berlebihan sehingga
banyak minum.
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan
berat badan. Untuk mengkonsumsikan hal ini, penderita sering kali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan.
Hal
yang dapat dilakukan untuk mengobati diabetes adalah mengendalikan berat badan,
olah raga dan diet. Tujuan dari pengobatan diabetes tersebut adalah untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
C.
Hipoglikemia
Hipoglikemia
adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah.
Hipoglikemia ini dapat disebabkan karena
:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan
oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang
terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar
gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa
atau kelenjar adrenal
4. Kelainan
pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Hipoglikemia
sendiri dibagi menjadi dua kategori dimana yang pertama adalah hipoglikemia
yang tidak berhubungan dengan obat dan juga hipoglikemia yang tidak berhubungan
dengan obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat yaitu hipoglikemia
puasa dan hipoglikemia reaktif. Hipoglikemia yang berhubungan dengan obat
biasanya karena pemberian obat
perangsang insulin yang terlalu banyak. Jadi, produksi insulin akan meningkat
dan menekan jumlah glukosa dalam darah.
1.
Hipoglikemia
puasa
Puasa
yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain
(terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi
sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara
perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang
adekuat. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa
bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem
enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam
makannya.
2.
Hipoglikemia
reaktif
Seseorang
yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara
jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia
reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga
merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi
menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.
Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani
pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.
Jenis
hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan
makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam
amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari
hati sedangkan leusin akan merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh
pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah
memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
3.
Hipoglikemia
pengaruh obat
Hipoglikemia
paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika
dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu
banyak menurunkan kadar gula darah.
Penderita
diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi
karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara
normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal.
Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi
kadar gula darah yang rendah.
Pentamidin
yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa
menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan
psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk
dirinya.
4.
Hipoglikemia
lainnya
Pembentukan
insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi
pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor
diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa
menyebabkan hipoglikemia.
Penyebab
lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi
yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal
karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut.
Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes.
Hipoglikemia
juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan
gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker)
juga bisa menyebabkan hipoglikemia.
Pengobatan
yang bisa dilakukan pada penderita hipoglikemia ini adalah dengan pemberian
makanan yang mengandung karbohidrat, pemberian permen atau tablet glukosa,
minum jus buah manis atau minum susu. Seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki
resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
D.
Penyakit
Penimbunan Glikogen (Glycogen Storage
Disease)
Penyakit
Penimbunan Glikogen (Glycogen Storage
Disease) adalah sekumpulan penyakit keturunan
yang disebabkan oleh tidak adanya 1 atau beberapa enzim yang diperlukan untuk
mengubah gula menjadi glikogen atau mengubah glikogen menjadi glukosa (untuk
digunakan sebagai energi). Unsur ini terutama terdapat didalam hati
(sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Glikogen otot berfungsi sebagai
sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot
itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan
pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya
pada saat di antara waktu makan.
Glikogen
dalam hati akan habis jika seseorang melakukan puasa 12 hingga 18 jam,
sedangkan glikogen dalam otot akan terkuras habis hanya saat seseorang
melakukan aktivitas atau olahraga yang berat. Pada
kelianan ini, sejenis atau sejumlah glikogen yang abnormal diendapkan di dalam
jaringan tubuh, terutama di hati. (Murry, 2006)
Penyakit
simpanan glikogen (glycogen storage
disease) merupakan kelompok kelainan bawaan yang ditandai oleh gangguan
mobilisasi glikogen dan penumpukan bentuk-bentuk glikogen abnormal, sehingga
mengakibatkan kelemahan otot dan bahkan kematian penderitanya (Sharon, 1980).
Kelainan
penimbunan glikogen "glycogen storage disease" adalah suatu penyakit
yang diturunkan. Ada beberapa tipe:
1.
Tipe I
Glikogenosis (von Gierke's disease)
Dalam
sel-sel hepar dan "renal convulated
tubules" penuh dengan glikogen. Secara metabolik glikogen ini tidak
bisa dipakai. Terbukti dengan terjadinya hipoglisemia pada penderita ini.
Ketosis dan heperlipemia terjadi pada penderita ini, yang merupakan suatu tanda
adanya kekurangan karbohidrat. Dalam hepar, ginjal dan usus halus aktivitas
glu-kosa-6 fosfatase sedikit sekali atau tidak ada pada penderita ini.
2.
Tipe II (Pompe's disease)
Merupakan
kelainan yang menyebabkan kematian. Terjadi kekurangan enzim lisosom dan enzim
asam maltose yang berfungsi memecah glikogen. Sebagai akibatnya adalah terjadi
penimbunan glikogen dalam lisosom.
3.
Tipe III (limit dextrinosis: Forbes' or Cori's disease)
Enzim
"debranching" tidak ada pada penderita ini. Limit dekstrin tertimbun
dalam sel-sel jaringan.
4.
Tipe IV (amylopectinosis,Anderson's disease)
Pada
tipe ini enzim "branching" tidak ada, hingga terdapat akumulasi
polisakarida den-gan sedikit titik-titik cabang. Kematian biasanya terjadi pada
tahun pertama karena kega-galan jantung atau kegagalan hepar.
5.
Tipe V
glikogenosis (myophosphorylase deficiency
glycogenosis: McArdle's syn-drome)
Fosforilase
otot tidak ada. Penderita dengan tipe ini tidak tahan olahraga. Meskipun kadar
glikogen dalam otot tinggi (2,5-4,1%) namun sedikit sekali atau tidak terukur
adanya asam laktat dalam darahnya.
6.
Tipe VI glikogenosis
(Hers' s disease)
Dalam
hepar kekurangan enzim fosforilase. Terjadi penimbunan glikogen dalam hepar.
Ada tendensi mengalami hipoglikemi.
7.
Tipe VII
glikogenosis (Tarui's disease)
Fosfofrukto
kinase dalam otot dan eritrosit menurun. Bisa mengalami anemi hemolitik.
8.
Tipe VIII
glikokenosis
Dalam
hepar kekurangan enzim fosforilase kinase. Gejala mirip tipe VI (Howell, 1978).
Gejalanya timbul sebagai akibat dari penimbunan glikogen
atau hasil pemecahan glikogen atau akibat dari ketidakmampuan untuk
menghasilkan glukosa yang diperlukan oleh tubuh. Usia ketika timbulnya gejala
dan beratnya gejala bervariasi, tergantung kepada enzim apa yang tidak
ditemukan. Enzim yang hilang dapat diketahui dengan melakukan diaknosa pada
contoh jaringan seperti hati atau otot.
Pengobatan tergantung kepada jenis penyakitnya, untuk
membantu mencegah turunnya kadar gula darah, dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan kaya karbohidrat dalam porsi kecil sebanyak beberapa kali dalam sehari.
Pada beberapa anak yang masih kecil, masalah ini bisa diatasi dengan memberikan
tepung jagung yang tidak dimasak setiap 4-6 jam.
Kadang pada malam hari diberikan
larutan karbohidrat melalui selang yang dimasukkan ke lambung. Penyakit ini
cenderung menyebabkan penimbunan asam urat, yang dapat menyebabkan batu ginjal.
Untuk mencegah hal tersebut seringkali perlu diberikan obat-obatan. Pada
beberapa jenis glikogenesis, untuk mengurangi kram otot, aktivitas seseorang
harus dibatasi.